Minggu, 29 September 2013

Monumen Nani Wartabone


Mengunjungi suatu kota rasanya kurang sreg jika tidak mengabadikan icon kota tersebut.Bisa jadi icon daerah tersebut berupa bangunan, tempat wisata, atau monumen.

Monumen Nani Wartabone
 Pertengahan tahun ini, untuk kedua kalinya melakukan PerDin alias Perjalanan Dinas ke Gorontalo.Salah satu propinsi di Pulau Sulawesi yang terletak di bagian utara, dekat dengan Manado.
Sore hari, teman saya minjam motor teman pemilik penginapan.Muter-muterlah kami keliling Gorontalo.Ini sore terakhir karena besok rombongan sudah harus balik ke Makassar.Di pusat kota, tepatnya di Alun-alun Gorontalo, singgahlah kami sejenak.Monumen Nani Wartabone tampak berdiri ‘gagah’.Banyak yang berubah sejak kunjungan saya yang pertama di tahun 2009 lalu.Rasanya suasana terasa lebih luas karena letak monumen ini ‘nyambung’ dengan alun-alun Gorontalo.Sore itu suasana keliatan sepi.Hanya beberapa orang yang duduk-duduk santai juga seorang anak muda yang bermain skateboard.
Nani Wartabone adalah (lahir 30 Januari 1907, meninggal 3 Januari 1986), yang dianugerahi gelar “Pahlawan Nasional Indonesia” pada tahun 2003, adalah putra Gorontalo dan tokoh perjuangan dari provinsi Gorontalo.Perjuangannya dimulai ketika ia mendirikan dan menjadi sekretaris Jong Gorontalo di Surabaya pada 1923. Lima tahun kemudian, ia menjadi Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Cabang Gorontalo. Tiga tahun sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, ia bersama masyarakat setempat terlebih dulu memproklamasikan kemerdekaan Gorontalo, yaitu pada tanggal 23 Januari 1942.

Prasasti peresmian
 Di dekat monumen terdapat prasasti peresmian.Monumen tersebut diresmikan oleh gubernur Sulawesi Utara, pada tahun 1987, hmm..tiga tahun setelah kelahiran saya.Hehe.Karena di pusat kota, menemukan monumen ini cukup mudah.so, jika ke Gorontalo di Bumi Karawang, sempatkan jalan-jalan kesini.

Mengunjungi Museum Cendrawasih Biak


Jalan-jalan sambil menikmati pemandangan dan keindahan alam itu sudah biasa.Yang tidak biasa adalah jalan-jalan sambil mencari tau dan menikmati sejarah suatu tempat yang dikunjungi.Kalo punya waktu terbatas, mengunjungi museum menjadi pilihan terbaik.

latar Museum Cendrawasih
 Di Biak, saya sampe gak bisa tidur.Gara-gara kepikiran Museum Cendrawasih yang beberapa kali lewat di depannya tapi gak sempat singgah.Akhirnya sebelum pulang, bela-belain rental mobil buat keliling Biak, termasuk ke Museum Cendrawasih.
Museum Cendrawasih ini gampang banget ketemunya, karena terletak di Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan Mandala, Distrik Biak Kota, Kota Biak, Provinsi Papua, atau tepatnya berada di depan Kompleks Pangkalan TNI AU Biak.

Dari luar aja, saya sudah excited melihat bangunan museum tersebut.Berbentuk rumah panggung.Dengan banyak tiang penyangga. Ternyata bentuk bangunan tersebut merupakan arsitektur tradisional khas rumah suku Biak yang disebut dengan rumstram. Museum ini banyak menyimpan artefak peninggalan Perang Dunia II, dan beberapa adat budaya masyarakat Papua melalui profil beberapa suku yang tinggal di Pulau Papua, khususnya yang berada di Kabupaten Biak Numfor.
Ketika masuk, kami disambut dengan beberapa martir, bom dan senjata perang lainnya.Peninggalan Perang Dunia ke II.Celingak-celinguk nyari-nyari pos buat beli tiket, gak keliatan.
Eh, pas di bawah bangunan museum, ada dua orang bapak-bapak yang lagi ngobrol santai.Kami lantas mengutarakan maksud kedatangan dan menjelaskan kalo saya dan seorang teman saya merupakan rombongan tim bola Perssin.Di sambut dengan ramah oleh bapak2 tersebut, yang ternyata salah seorang diantaranya adalah ajudan Bupati Biak Numfor.Sayangnya, dari penjelasan bapak tersebut, museum tidak dapat dikunjungi karena masih sementara dalam tahap renovasi.Tapi kami tetap dipersilahkan untuk mengambil foto benda-benda peninggalan Perang Dunia II yang terdapat di halaman museum.
tanknya kerren yahh, tapi sayang ada coretannya!
Sebuah tank nampak nangkring manis di samping kanan museum.Sayangnya di badan tank banyak terdapat coretan.Di dalam tank juga saya melihat beberapa pecahan botol.Yang tidak kalah menarik sih, martir dan senjata perang lainnya yang terdapat di halaman depan museum.
berasa aura2 mistisnya :D hmm....
Mengambil gambar dan berfoto-foto di depan museum saja sudah bikin puas dan happy luar biasa.Gimana kalo bisa masuk ke dalam yah?! Hehehe.Saya sih berharap, someday bisa datang kesini lagi.Penasaran sama artefaknya!

Jumat, 27 September 2013

Empat Jam di Ambon

Matahari terik menyambut ketika melangkahkan kaki keluar dari Bandara Pattimura Ambon.Panas yang menyengat.Yup, transit empat jam di Ambon dalam perjalanan Kaimana-Makassar.Meski saya tau, waktu empat jam tidak akan cukup untuk puas menikmati dan menjelajah kota Ambon.Namun, saya senang ada kisah yang berbeda, dan kota yang berbeda dari perjalanan tour Papua ini.

Niat keluar bandara sebenarnya untuk cari makan.Makanan rumahan yang murah meriah tapi tak kalah lezatnya di banding makanan yang dijual di dalam bandara langsung terbayang-bayang di depan saya.Memacu langkah lebih cepat selain karena teriknya kota ini, backpack yang rasanya berat dan perut yang berontak sudah minta di isi, serta BB yang sudah minta dicash.
Beruntung, kami menemukan sebuah rumah makan depan bandara.Saya dongg senangg, melihat display menu di lemari kaca adalah masakan rumahan, seperti ikan masak, ikan goreng, tempe tumis kecap, telur dadar, teluar mata sapi, mie goreng, sayur-sayuran.Yang paling bikin kangenn adalah teluar dadar dan telur mata sapi.Keduanya gak pernah kutemui selama beberapa hari di Papua, karena katanya harga telur disana cukup mahal.Pantasan!
Kangennn makanan rumahan..mm..yummy...
Sambil makan, saya membayangkan shopping souvenir khas Ambon.Di sebelah rumah makan terdapat toko souvenir.Wah, gakk perlu jauh-jauh nihh nyari souvenir.Semakin lahaplah saya menyantap makan siang.Selanjutnya? Berbagai jenis aksesories dari besi putih, gelang, kalung, minyak kayu putih, dan selembar baju kaos buat ganti berpindah dengan manis ke dalam kantong belanjaan saya.

all bling- bling...yukkk :D
buah khas ambon yang saya lupa namanya, ada yang tau?
Biar lebih fresh menuju Makassar, dan karena saya yang cepat gerah dan berkeringat ini, selanjutnya minta ijin make toilet yang punya warung dan toko souvenir.Ternyata pemilik kedua toko ini sama.Saya lalu diminta lewat samping menuju bagian belakang.Gadis yang tadi melayani saya itu belanja-belinji di tokonya lantas mempersilahkan masuk dan menunjukkan toilet di ujung lorong.Di kiri-kanan lorong yang tidak begitu panjang ini, terdapat kamar-kamar dari tripleks berukuran kecil.Yang ternyata adalah kamar yang bisa di sewa.Masuklah saya ke dalam toiletnya yang begitu bersih dan air yang begitu jernih.Niat awal hanya ingin buang air kecil dan ganti baju.Eh, saya malah asyik mengguyur badan saya dengan air yang sejuk itu, meski tanpa pake sabun,hihihi.Segarr!
Finally, back to Makassar
Waktu berlalu, tak terasa sudah hampir tiga jam berada di tempat ini.Kami siap-siap masuk bandara.Menuju ruang tunggu.Dan bersiap flight menuju Makassar.Singkat namun cukup menyenangkan! Saya berharap, suatu hari bisa menginjakkan kaki dan menjelajah di kota berjuluk “Ambon Manise”.


Kamis, 26 September 2013

Papua Oh Papua - Kaimana Kota Senja

Dengan menumpang pesawat Wings Air berbaling-baling dengan kapasitas 50 seat, sampailah kami di Kaimana, salah satu kabupaten di propinsi Papua Barat.

Sebelumnya kami sempat transit di kab.Nabire.Di Nabire, saya ketemuan dengan sikampong, orang Sinjai, k hj.Ani dan sahabat saya Ira, dll, yang menunggu saya di bandara.Saking pengennya ketemu, bela-belain menunggu beberapa jam di bandara.Wah, gakk nyangka bisa ketemu di bandara Nabire.Sebenarnya, saya ingin sekali memenuhi ajakan mereka untuk singgah di Nabire, tapi apalah daya, pekerjaan menuntut saya untuk tetap bersama rombongan, hehehe.Saya malah dikasih oleh2, Jeruk khas Nabire, yang rasanya manisss!

Ada pengalaman berkesan yang gak bakalan saya lupa, tentang menumpang pesawat.Baru kali ini saya naik pesawat serasa naik bus! Sumpah! Gerahhh, mana ribut lagi, karena suara dari baling-baling pesawat.Suara mesin meraung-raung serasa mau meledak. AC agaknya kurang berfungsi dengan baik.Untungnya, seat saya paling depan dan dekat jendela, jadi perasaan deg-degan serrr karena suara ribut dari baling-baling bisa ‘agak’ teratasi dengan melihat pemandangan alam Papua dari atas pesawat.Dan baru kali ini, naik pesawat serasa pengen muntah!Saya malah sempat-sempatnya berkelakar dengan teman serombongan, kalau naik pesawat kali ini sama dengan naik bus, bedanya, kita gak bisa buka jendela, hehehe.Tapi sebenarnya, dari awal saya sudah mempersiapkan diri naik pesawat twin otter berkapasitas 12 seat, yang naiknya harus timbang berat badan dulu.Ternyata di luar ekspektasi saya.Saya malah sudah tidak sabaran ingin menikmati Senja di Kaimana.
Kelegaan luar biasa baru terasa ketika landing.Pas mau landing aja, saya nyari-nyari landasan, gakk keliatan, sementara pesawat semakin terbang rendah di atas permukaan laut, omg! Ternyata landasannya sejajar dengan laut.
Kaimana dari atas pesawat
pas mau landing
Welcome, Kaimana!
Udara Kaimana siang itu begitu panas.Saya lupa membawa sunglasses.Sepanjang perjalanan dari bandara ke penginapan, saya tak lepas mengamati pemandangan yang kami lalui.Menarik memang memerhatikan bagaimana bangunan pemerintah, rumah-rumah penduduk, orang-orang dan kehidupan masyarakat daerah yang mendapat Otonomi Khusus ini.Jalan yang kami lalui cukup baik kondisinya, stadion Triton-nya cukup luas meski dengan kondisi yang kurang terawat.Di dekat penginapan kami terdapat beberapa gereja dan mesjid yang termasuk bangunan terbaik.Menariknya lagi, penginapan kami juga dekat dengan Pelabuhan dan Pasar.Yuhuuu....

Gereja adalah salah satu bangunan terbaik
Pagi-pagi sekali saya bangun.Sengaja, karena ingin mengambil gambar dan menikmati suasana kota Kaimana di pagi hari.Di Kaimana, terdapat taman kota.Konsepnya cukup menarik.Di dinding taman terdapat relief buatan yang menceritakan tentang Kaimana, termasuk tentang sejarah masuknya Islam di Kaimana dan kerukunan umat beragama di Kaimana.Di tengah taman terdapat perahu buatan.Dan tempat buat duduk.Spot yang menarik buat berfoto.
centre point of Taman Kota Kaimana

Taman Kota dengan latar pegunungan

Relief di Taman Kota yang mengisahkan tentang kerukunan umat beragama di Kaimana
Prasasti peresmian Taman Kota
 Pagi itu, menghirup segarnya udara Kaimana.Kendaraan memang tidak begitu banyak di daerah ini.Berjalanlah saya menuju taman kota.Pelajar yang berangkat sekolah.Memerhatikan anak-anak yang bermain bola.Jadi teringat anak saya di rumah! Ada pula petugas kebersihan dengan rompi khusus, yang lagi nyapu2 di sekitar taman.Sampahnya sih didominasi ampas pinang bekas nyirih yang meninggalkan bekas kemerah-merahan di jalan.
anak-anak bermain bola
ibu-ibu lagi menggelar dagangan di pagi hari yang sejuk, Sirih+Pinang!
Sorenya,seusai match, saya lalu mengajak teman serombongan untuk berburu sunset! Ke Kaimana tapi tak menikmati indahnya sunset rugi banget menurutku.Karena sudah amat sangat sore, kami berlari-lari dari penginapan menuju sekitar pelabuhan yang tidak jauh dari penginapan untuk berburu sunset yang hampir tenggelam.Menikmati Senja di Kaimana dari sudut mana saja memang begitu indah.Tak usahlah saya berkomentar banyak tentang indahnya Senja di Kaimana, tapi silahkan saja menikmati  foto berikut ini J

Senja di Kaimana
siluet of me! :)
Dari hasil ngobrol2 dengan warga setempat.Tahulah saya, jika dalam satu rumah, terdapat dua jenis agama berbeda, itu merupakan hal yang wajar saja di Kaimana.Wah, toleransi beragama yang patut di contoh, karena mereka semua hidup berdampingan secara harmonis dan saling menghormati perbedaan agama.
Orang di Kaimana juga memiliki karakter berbeda dengan orang di Sentani.Meski sama-sama dari Papua namun terdapat beberapa perbedaan.Secara fisik misalnya, orang lokal di Sentani rata-rata bertubuh besar subur, dengan bau badan yang khas.Di Kaimana, bau badannya tak terlalu.Warna kulit juga ‘agak’ berbeda dibanding penduduk lokal Sentani.Di Kaimana juga banyak warga pendatang yang telah mendiami daerah tersebut selama berpuluh-puluh tahun.Bahkan ketemu dengan orang asli Sinjai yang mengajak kami makan malam dengan suguhan ikan bakar di rumahnya.Alhamdulillah!

bentuk rumah dan penduduk lokal Kaimana
Menikmati Santapan Ikan Bakar di rumah salah seorang penduduk yang merupakan orang asli Sinjai

Rasanya berada di Kaimana itu menyenangkan dan aman! Saya berani menerima tantangan untuk muter-muter Kaimana sendirian.Namun, sayangnya masih belum ada transportasi yang memadai untuk muter-muter Kaimana.Apalagi yang menarik tentang Kaimana? Teluk Triton! Lagi-lagi karena alasan waktu, menikmati keindahan teluk Triton harus diurungkan.Padaal kami harus rugi waktu seharian karena pesawat menuju Makassar yang tertunda hingga keesokan harinya.Oleh pihak maskapai, kami lantas dibawa ke penginapan yang berbeda dari sebelumnya.Penginapan kali ini tidak terlalu jauh dengan bandara, dekat pula dengan pantai.Namun, guess what? Apa yang saya lakukan guna menghabiskan sisa waktu di Kaimana? Jalan-jalan? Ah, tidak! Tidur dari siang hingga keesokan paginya! Rasa letih baru terasa, sejak perjalanan yang dimulai dari Sentani hampir seminggu sebelumnya ditambah dengan jadwal padat dan perjalanan yang ‘super’ sekali.Saya memilih nge-cash energi.Karena besok, perjalanan ke Makassar akan transit di Ambon selama 4 jam, belum lagi jika delay, dannn lanjut Sinjai by bus pada hari yang sama! Goodbye Kaimana! J

Rabu, 25 September 2013

Papua Oh Papua - Galau di Danau

Judulnya terlalu berlebihan yah? Suer! Saya benar-benar galau ketika berada di tempat ini.Tapi tenang saja, dibalik kegalauan, saya masih berusaha menikmati Papeda plus Ikan Masak Kuah Kuning serta indahnya suasana danau Sentani, danau terbesar kedua setelah danau Toba di Sumatra Utara.

Danau Sentani adalah danau yang terletak di Papua Indonesia. Danau Sentani berada di bawah lereng Pegunungan Cagar Alam Cycloops yang memiliki luas sekitar 245.000 hektar. Danau ini terbentang antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua. Danau Sentani yang memiliki luas sekitar 9.360 hektar dan berada pada ketinggian 75 mdpl. Danau Sentani merupakan danau terbesar di Papua.Di danau ini juga terdapat 21 buah pulau kecil menghiasi danau yang indah ini. Arti kata Sentani berarti "di sini kami tinggal dengan damai”. Nama Sentani sendiri pertama kali disebut oleh seorang Pendeta Kristen BL Bin ketika melaksanakan misionaris di wilayah danau ini pada tahun 1898. Di danau ini juga diadakan Festival Danau Sentani untuk menarik wisatawan. Festival Danau Sentani biasanya diadakan pada pertengahan bulan Juni tiap tahun, FDS sendiri telah ditetapkan sebagai festival tahunan dan masuk dalam kalendar pariwisata utama. Festival ini diisi dengan tarian-tarian adat di atas perahu, tarian perang khas Papua, upacara adat seperti penobatan Ondoafi, dan sajian berbagai kuliner khas Papua.

Danau Sentani
Ngomong-ngomong, apa kabar dengan kegalauan saya? Iyah, Kegalauan yang luar biasa, karena menyangkut reputasi saya sebagai reporter, yang harus melaporkan dua pertandingan bola Perssin (klub bola Sinjai, Divisi Utama).Match pertama sudah berlangsung aman, dan selanjutnya match kedua di Kaimana.Galaunya di bagian mana yah? Hehehe.Galau karena tiba-tiba dapat telepon dari travel agent, kalo tiket ke Kaimana belum dapat! What! Helloo??!! Rombongan sudah akan berangkat besok, dan saya belum dapat tiket,karena full booked, malah dikasih opsi lagi oleh travel agen balik aja Makassar kalo tiket belum dapat.Heyy..., enak aja! Saya lantas sedikit bersitegang dengan orang travel, lah ini gimana, bukannya seharusnya sudah dapat tiket karena booked jauh2 hari, dengan alasan penerbangan yang full booked, dan jadwal penerbangan kesana yang katanya hanya ada dua kali dalam seminggu, membuat tiket selalu full booked.Daripada bersitegang yang gak ada penyelesaian malah dikasih opsi yang bagi saya rasanya gak masuk akal! Karena bagi saya, match kedua ini harus di live! Titik!

Papeda, Ikan Masak Kuah Kuning, Sayur Bunga Pepaya
Sambil menikmati Papeda plus Ikan Masak kuah kuning, yang sebenarnya amat sangat enak tapi terasa hambar di lidah saya ketika itu, teruss saja sy mikir, gimana caranya dapat tiket, bikin planning, dan membuat berbagai alasan masuk akal ke pimpinan, jika harus menghadapi kemungkin terburuk, tak dapat tiket sehingga tak ada live match di radio.

Nikmati saja deh... :)
Untuk menghilangkan sedikit kegalauan, saya mencoba menikmati Senja di Danau Sentani, berbagai macam cara saya lakukan, dari mulai foto-foto, ngobrol, sampai bela-belain nelfon kakak di Kalimantan, curhat, sapa tau saja dia punya solusi, atau setidaknya bisa menenangkan saya yg lagi galau tingkat dunia ini.Tiba-tiba saja saya teringat travel agent tempat saya beli tiket online buat kakak beberapa waktu lalu.Tanpa buang waktu, saya langsung mengontak via bbm,sambil menunggu dengan harap-harap cemas, semoga dapat satu seat ke Kaimana, berapapun harganya, yang penting bisa nyampe sebelum pertandingan dimulai!Tapi ternyata, sehabis di cek, ternyata memang full booked, lemass lah saya! L

:)
siluet of me!
Tapi, pihak travel agen masih memberikan harapan, dengan berjanji akan selalu memantau setiap jam karena terkadang ada pembatalan booked.Usai magrib, bersiap kembali ke hotel.Sepanjang perjalanan, saya lebih banyak diam, mikirin tiket.Berdoa dalam hati, dan niat puasa pas balik kalo misalnya jadi ke Kaimana.Saya juga berusaha untuk berfikir positif, menyerahkan semuanya kepada Yang Di Atas,karena manusia hanya mampu berencana dan Tuhan yang menentukan bukan?! Sampai hotel, saya lantas packing, dengan tujuan yang belum jelas.Kan gak mungkin dong saya tinggal di hotel di Sentani sementara rombongan besok pagi sudah akan berangkat ke Kaimana.Sambil packing, saya berusaha untuk ikhlas, menyerahkan diri dan perjalanan saya kepada Yang Maha Kuasa.Pas lagi packing, tiba-tiba BB saya berbunyi, bbm, isinya? Dapat satu seat ke Kaimana! Yang maskapai, hari dan jam keberangkatan sesuai dengan rombongan! What a surprise! Tuhan mendengarkan doa saya, dalam hati, inikah hasil dari keikhlasan saya? Packing pun dilanjutkan dengan hati tenang dan senang serta tak hentinya bersyukur.Dan salutt dengan travel agen yang selalu memantau secara online biar bisa dapat tiket buat saya.Gilaaa hampirr saja batal ke Kaimana, padahal ini menyangkut reputasi saya yang sudah janji ke pendengar untuk live match.Keesokan pagi, berangkatlah saya bersama rombongan ke bandara untuk menuju ke Kaimana.

Menjelang Senja di Danau Sentani
Dari pengalaman ini saya banyak belajar, tentang cepat tanggap, keikhlasan, usaha dan doa tanpa henti, serta kepercayaan, dan kedewasaan dalam berfikir dan bertindak.Kaimana I’m coming.... J

Selasa, 24 September 2013

Papua Oh Papua - Dari Entrop ke Dok II


Gerah juga beberapa hari di hotel, liputan pertandingan bola di Sentani telah selesai, tapi perjalanan menuju kab.Kaimana, Papua Barat masih beberapa hari lagi.Saya mikir dongg, gak mungkin menghabiskan waktu di Sentani dengan hanya leyeh-leyeh di hotel, makan-tidur-nonton! Baru sj ingin mengajak teman untuk muter2 Sentani-Jayapura, eh, sudah diajak duluan, hayukk deh!

Dengan merental mobil avanza, berangkatlah kami menuju Jayapura, ibukota propinsi Papua.Berempat bersama pak sopir yang ternyata asli dari Sulawesi Selatan, duh, saya lupa namanya, tapi sumpah, bapaknya baik benar, ramah lagi, sikampong toh! 

Menuju Jayapura, kami singgah di beberapa tempat.Melalui entrop, atas saran saya-hasil browsing, singgahlah kami di persinggahan pertama, penangkaran buaya! Betapa senang dan deg-degannya hati ini, karena ini pertama kalinya saya liat buaya secara langsung, biasanya kan hanya liat di tipi saja, hehehe.Di penangkaran buaya, saya berharap bisa melakukan aktivitas yang sedikit banyak memacu adrenalin, seperti memberi makan buaya, makan sate buaya, atauu gendong baby buaya.Tapi, ternyata itu semua di luar ekspektasi saya.Pas nyampe, kami langsung masuk saja, nyari2 loket atau petugasnya tapi gak ketemu, yang ada kami langsung saja terpana melihat beberapa kolam2 setengah kering yang berisi baby buaya.

baby buaya lagi berjemur
Baby buaya lagi pada berjemur! Ada juga sih yang nyemplung ke kolam di bagian terdapat air, sambil matanya tetap keliatan, ihh..serem! Karena masih penasaran, mencoba mencari-cari petugas tapi gak ketemu alias gak kliatan, penasaran aja maunya liat buaya berukuran besar.Teman saya malah bela-belain manjat di tembok, trus jalan menuju kolam sebelah guna mencari tahu, apakah ada bapak dan mama buaya di kolam tersebut, tapi ternyata gak ada! Karena perjalanan masih panjang, abis jepret2 sebentar, perjalanan dilanjutkannn...

Tak berapa lama, tibalah kami di pasar Hamadi, yang pernah ke Jayapura pasti tau nih! Yup, pasar tradisional tempat beli souvenir khas Papua.Ke sini sih juga karena saran saya, hasil browsing, hihihi.Jangan membayangkan seperti di Malioboro Yogya, dimana berjejer puluhan toko-toko yang menjual souvenir khas setempat.Di pasar Hamadi, hanya terdapat tidak kurang dari sepuluh kios berukuran kecil.

Abis jalan dari ujung ke ujung, dan membuat perbandingan harga dari beberapa barang yang dijual di masing-masing kios tersebut, maka pilihan jatuh ke kios di bagian ujung, kios pertama yang kami singgahi.Alasannya, karena ibu paruh baya penjaga kios cukup ramah, dan mengaku dari Sulawesi.Sambil milih-milih barang, sambil berharap bisa dapat diskon, lagi-lagi karena Sikampong! Hehehe.

Di kios souvenir ini, saya hampir saja kalap atau mungkin sudah kalap! Bingungg mau milih yang mana, rasanya mau di bawa pulang semua, semua unik-unik, dan bikin liur saya menetes, jleb!!!.Dari mulai ukiran khas Asmat, koteka, noken, hiasan kulkas, asbak, gelang-gelang, dompet kulit kayu, saya harus merogoh kocek sekitar 700-an ribu rupiah.Mahal gak sih? Tapi menurut saya sebanding lah, karena barang-barang tersebut khas Papua.Sayangnya, saya lupa membeli lukisan kulit kayu khas masyarakat danau Sentani.
lukisan kulit kayu
Sudah waktunya makan siang, padaal saya sudah kenyang abis belanja, hihihi.Akhirnya dapat rumah makan seafood, yang seafoodnya bisa dipilih sesuka hati, segar2 pula.Pilihan saya jatuh ke udang putih, dimana beberapa menit kemudian telah tersaji di depan saya sepiring Udang goreng Crispy, nyam2, kriuk2, renyah, dan daging udangnya terasa agak manis, segar! Udang terenak yang pernah saya santap! Ditemani dengan segelas jus alpukat, makan siang yang amat sangat nikmat, Alhamdulillah!
makan siang yg mantap!
Sampai di kota Jayapura, keliling-keliling bentar, sampai di daerah yang pake istilah “dok”, abis itu muter lagi, dan masuklah kita ke dalam mal, yup Mall of Jayapura alias Jayapura mall.Kerren! cukup rame dan luas! Karena tadi sudah menghabiskan jatah belanja, berburu barang-barang unik khas Papua, maka nafsu belanja saya rasanya sudah hilang! Alhamdulillah deh, hihihi.Saya memilih untuk ngadem di mobil sambil menunggu teman yang masih nge-mall.
di dalam mall
dalam mall of Jayapura
Hmm, koleksi gambar di kamera pocket masih sedikit.Oleh pak sopir, diajaklah kami menuju ke dok II, di depan kantor gubernur Jayapura, menikmati pemandangan sore yang sejuk sambil menanti sunset.

di dok II depan kantor Gubernur Jayapura
anak-anak setempat lagi bermain air di pantai dok II
menjelang senja di dok II
Di sinilah hasrat memfoto dan difoto terpuaskan, pemandangan yang cukup indah, penduduk lokal maupun pendatang yg berenang di pantai, maupun yang menjajakan jualan, berfoto dengan anak-anak dan remaja lokal, sambil menanti sunset, yang ternyata gak keliatan karena tertutup gunung.Duh, pesona tentang Sunset Yang Indah di Papua belum saya nikmati, dan masih harus bersabar untuk itu.