Rabu, 20 Februari 2013

Mappogau Sihanua di Karampuang (2)

Dalam tatanan kehidupan masyarakat Karampuang, terdapat empat orang pemangku adat dengan istilah Ade Eppa'e atau adat empat.Terdiri atas Arung, Gella, Sanro dan Guru.Dalam pengambilan keputusan mereka selalu mengadakan musyawarah yang tergambar dalam pesan “Eppa Alliri Pattepona Wanuae” atau empat tiang penyangga negeri.


Arung adalah pemimpin masyarakat adat Karampuang yang paling berhak tinggal di rumah Toma Toa, ia sangat disegani dan hanya sekali bicara.Gella, tinggal tidak jauh dari Toma toa, bila Arung adalah raja maka Gella ibarat perdana menteri yang bertanggungjawab soal hukum dan peradilan di Karampuang.Guru dan Sanro memiliki tugas yang sama terkait dengan spiritual.Jika Sanro yang seorang perempuan mengurusi hal-hal spiritual terkait adat, maka Guru mengurusi hal-hal spiritual terkait pelaksanaan hari raya Islam, karena tentunya dalam Islam, yang harus memimpin persoalan spiritual adalah laki-laki.

Dalam pelaksanaan kegiatan adat Mappogau Sihanua, acara adat tersebut dipimpin oleh Sanro.Dalam acara Manre Ase Baru atau makan beras baru, yang pertama turun dari rumah adat dan menjejakkan kakinya di tanah adalah Sanro.Hal inilah yang saya saksikan ketika meliput Mappogau Sihanua.Bergegas turun dari rumah, dan kami melihat langsung bahwa yang pertama turun dari rumah adat Toma Toa, adalah seorang perempuan berbaju dan bersarung putih, diikuti anak perempuan dengan mengenakan pakaian putih.

sanro

Perjalanan menuju ke puncak bukit Karampuang tempat prosesi sesungguhnya akan berlangsung pun dimulai.Sanro diikuti Arung, Gella, Guru serta masyarakat  bergegas mendaki bukit menuju puncak.

sanro mendaki bukit menuju tempat prosesi


Perjalanan menuju puncak bukit cukup menantang, saya saja merasakan mendaki bukit dengan kemiringan hampir 90 derajat akibat mengambil jalan pintas dan begitu banyaknya orang yang bergegas menuju puncak, sementara saya juga mau mengambil gambar dan tidak ingin kehilangan satu momen sedikitpun, karena ini pertama kalinya mengikuti acara adat Mappogau Sihanua and I'm sooo...excited! Off course!!!

masyarakat berbondong-bondong menuju puncak bukit dengan membawa hasil bumi



medannya cukup berat, rite?! :)

puncak bukit berbatu tempat berlangsungnya prosesi adat

Finally, kamipun sampai di puncak bukit, dimana ada sedikit dataran dengan kontur tanah dan ada beberapa bagian tertutupi batu.Yah, puncak bukit berbatu, dan disinilah nanti prosesi sesungguhnya akan berlangsung.Sebelum sampai di dataran dengan kontur berbatu tersebut, beberapa meter sebelumnya, kami diminta untuk membuka alas kaki! Menurut warga, ini sudah aturan adat.

sampai batas pohon ini, mohon buka alas kaki Anda! :)

Prosesi adat sesungguhnya pun dimulai, Sanro meminta warga masyarakat yang membawa persembahan, seperti kambing, ayam, hasil bumi,dll diminta untuk mendekat.Ada lingkaran batu, dengan naungan kain putih diatasnya, tempat Sanro melakukan prosesi ini.Warga pun menyimpan persembahan yang mereka bawa di sekitar lingkaran batu itu.Tak ada ribut-ribut, hening, semua dilakukan dengan tenang.Kamipun menikmati ritual tersebut, sambil sesekali bergantian dengan teman melakukan live report!

prosesi dipimpin sanro













Setelah ritual adat berlangsung, ayam dan kambing yang merupakan bentuk persembahan atau ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang cukup melimpah, kemudian dilepas dan menjadi rebutan warga masyarakat yang hadir.
Perjalanan menuruni bukit tak terasa, dan ternyata ada beberapa spot menarik yang bernilai sejarah dan budaya cukup tinggi tentunya yang saya lalui, akibat ketergasan saya menuju puncak bukit.Beberapa diantaranya adalah, sumur tua, yang biasanya digunakan warga untuk memandikan bayi dan anak2 mereka.Ada juga beberapa peninggalan zaman batu besar atau megalitikum (selain di puncak bukit).Hal tersebut menjadi kesimpulan saya, karena batu-batu yang ada memiliki ukuran yang cukup besar :D

batu besar

batu berbentuk?? Uhm,,

drainase sumur

sumur tua





Banyak sekali hal menarik yang dapat digali dari kehidupan masyarakat adat Karampuang.Mulai dari rumah adat, ritual adat, tatanan kehidupan mereka, dsb.Saya senang bisa ikut merasakan langsung atmosfer ritual adat Mappogau Sihanua yang selama ini hanya dapat saya dengar dari penuturan guru Budaya saya di SMU, dari buku2 dan dari internet.Tertarik untuk menyaksikan langsung ritual adat ini? Siapkan stamina dan gadget Anda untuk moment ini pada setiap Oktober/November, di kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.

Cat: Tulisan ini dalam rangka Hari Jadi Sinjai yang diperingati setiap bulan Februari.

2 komentar:

  1. tulisannya bagus skali Bu. Btw saya juga buat tulisan dengan tema yang sama di blog saya...http://miasastra.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Assalamu alaikum, Bu..izin share gambarnya ya....makasih sebelumnya...

    BalasHapus