Selasa, 19 Februari 2013

Mappogau Sihanua di Karampuang (1)

“Sekedar berbagi pengalaman , ketika meliput Mappogau Sihanua di Karampuang”
rumah adat karampuang

Mappogau Sihanua adalah suatu pesta adat yang di gelar oleh masyarakat di puncak bukit Karampuang.biasanya di gelar seusai panen pada Oktober/November.Karampuang adalah nama sebuah dusun adat yang terletak di desa Tompobulu kecamatan Bulupoddo kabupaten Sinjai propinsi Sulawesi Selatan, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari ibukota kabupaten Sinjai.Karampuang adalah sebuah dusun atau kawasan adat, dimana masyarakat yang berdomisili di dusun ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan budaya yang diwariskan secara turun-temurun.


Pertama kali menginjakkan kaki di dusun ini, saya terpesona dengan kawasan hutannya yang sepintas amat sangat terjaga.Ternyata memang kawasan hutan di dalam dusun adat ini merupakan kawasan hutan adat, tidak sembarang orang dapat melakukan penebangan pohon di kawasan ini.Kawasan hutan adat ini juga mendapat perhatian dari pemerintah pusat yaitu Kementrian Kehutanan berupa penghargaan sebagai kawasan hutan adat.

hutan di kawasan adat karampuang
Memasuki pintu gerbang kawasan adat, kami masih harus berjalan beberapa kilometer menuju rumah adat Karampuang, tempat diawalinya prosesi Mappogau Sihanua.Tak perlu merasa khawatir kepanasan, karena dengan kawasan hutan yang rimbun, banyak pepohonan, jauh dari polusi udara, menghirup udara yang bersih dan sejuk, perjalanan menuju rumah adat Karampuang tak terasa bahkan menyenangkan.

Bersama teman sesama reporter, kami dipersilahkan masuk ke dalam rumah adat.Rumah Adat Karampuang yang berbentuk panggung, beratapkan rumbia, dengan tiang-tiang terpancang di dalam rumah.Yang unik, setelah menapaki anak tangga, kami langsung disambut dengan dapur, hmm...tiba-tiba saya teringat dengan rumah adat di kawasan Amma Toa Kajang Bulukumba yang juga dapurnya berada di depan.Saya masih ingat dengan penjelasan guru Budaya saya ketika SMU, bahwa rumah adat dengan dapur yang berada di depan, sebagai simbol yang sarat makna akan keterbukaan dan kejujuran.Perasaan saya ketika memasuki rumah adat Karampuang, rasanya welcome sekali.Sepertinya kedatangan kami memang dinanti.

dapur di rumah adat karampuang
Well, kamipun melangkahkan kaki masuk, berbaur dengan tamu-tamu dari pemerintah daerah serta tamu lain dan beberapa wartawan dari berbagai media yang meliput acara ini.Kekaguman saya akan masyarakatnya yang terbuka, welcome, sederhana, apa-adanya dan sangat menghargai tamu tak hanya sampai disini.Dengan bagian dalam rumah yang tak bersekat, para tamu kelihatan hampir berbaur dengan masyarakat khususnya ibu-ibu yang sibuk mengolah bahan makan dan menyiapkan sajian bagi tamu yang datang.Tak ada sekat, tentunya kami melihat langsung aktivitas yang mereka lakukan.Ibu-ibu berjumlah puluhan ini, masing-masing sibuk dengan kegiatannya, mereka bekerja namun tak sepatah kata keluar dari mulut mereka, tenang, tak ada ribut-ribut, atau senda-gurau, canda-tawa, semua bekerja tanpa komando seolah masing-masing mengerti apa yang harus mereka kerjakan.

ibu-ibu menyiapkan hidangan untuk tamu
Kami lantas mengambil tempat agak ditengah, suasana rumah sudah hampir dipenuhi tamu undangan.Saya duduk di dekat ibu-ibu yang lagi sibuk menyiapkan dan mengolah bahan makanan.Saya sempatkan berbincang dengannya, dari hasil bincang-bincang singkat, saya memperoleh informasi jika apa yang mereka lakukan saat ini secara bergotong-royong, saling bantu, baik dengan masyarakat di dalam kawasan adat maupun masyarakat di luar dusun adat, baik itu dari segi bahan-bahan makanan yang disiapkan untuk tamu dan masyarakat maupun kegiatan membersihkan kawasan adat.Salut deh!

kue tradisional
Tak berapa lama, seorang ibu membawa nampan bulat besar berisi makanan dan meletakkan di tengah-tengah kami, bersama tiga orang teman saya, kami menikmati santapan dengan menu tradisional tersebut.Rasanya enak atau karena lagi lapar yah! Hehehe.Setelah makan dan menikmati kue tradisional seperti dodol, mata saya tak lepas mengamati bangunan dalam rumah.Tiang-tiang yang terpancang di tengah rumah menarik perhatian saya.Heiii..ada ukiran di tiang dalam rumah seperti simbol.Pastinya simbol tersebut sarat makna.Sampai saat ini, saya belum mencari tahu apa makna dari simbol tersebut.Mungkin suatu hari, setelah saya mengetahuinya akan saya bagikan di blog ini :)

simbol di tiang dalam rumah adat karampuang
Setelah menikmati makan siang, terdengar aba-aba bahwa ritual akan segera dimulai.Beberapa tamu nampak mulai menuruni rumah adat Karampuang, termasuk saya dan rekan saya tentu saja. (..to be continued..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar