Serui adalah salah satu kabupaten yang terletak di Pulau
Yapen Waropen, terletak di propinsi Papua Barat.Ke Serui ketika itu masih dalam
rangka meliput tim bola Sinjai, Perssin, yang saat itu melakukan laga tandang
dalam kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 2013.
dua buah mesin masing berkapasitas 200 siap membawa kami melaju bersama seppedboat menuju Pulau Yapen Waropen |
meninggalkan Pulau Biak menuju Serui di Pulau Yapen Waropen |
perpaduan yang indah... |
Terdapat beberapa alternatif ke Serui, bisa melalui udara
dengan pesawat baling-baling berkapasitas 12 penumpang, yang terbangnya harus
memerhatikan kondisi cuaca Papua yang ekstrim.Terbangnya sekitar 20-30 menit
atau tergantung cuaca.Bisa juga melalui laut dengan kapal maupun speed
boat.Pilihan ke Serui akhirnya jatuh kepada speedboat.Dengan pertimbangan
speedboat biaya cukup murah dibanding naik pesawat, cukup aman meski harus menempuh perjalanan selama
6-7 jam tanpa henti!
breefing singkat dan doa sebelum berangkat |
Seusai sarapan di penginapan, rekan-rekan bergegas menaikkan
barang ke bus yang siap mengantarkan kami ke pelabuhan.Meski sebenarnya
jaraknya cukup dekat.Bersyukur, perhatian dari salah seorang pejabat di Biak
yang orang Sinjai, sangat membantu dan mendukung kami selama persiapan menuju
ke Serui.
naiknya satu persatu |
Di pelabuhan, segera kami satu persatu naik keatas speedboat, sebelumnya barang-barang terlebih dahulu dinaikkan.Mesin dinyalakan, dan kami pun melaju menuju ke Pulau Yapen Waropen.
Excited! Tentu saja, karena ini pertama kalinya saya naik
speedboat, di perairan Teluk Cendrawasih pula, yang merupakan salah satu tempat
menyelam favorit para divers.
Speedboat yang kami tumpangi, meski kecil namun cukup
nyaman.Terdapat ruangan dengan sofa cukup empuk dilengkapi AC, tempat masak
air, toilet dan sebuah ruangan untuk tidur-tiduran, dan tempat di luar di dekat
ruang kemudi yang bisa buat nongkrong-nongkrong sambil menikmati angin laut
Papua.Kemudinya dilengkapi dengan GPS.Beberapa kali saya mondar-mandir antara ruang duduk dengan tempat terbuka di
dekat ruang kemudi.Bosan duduk, saya masuk ke dalam ngemil atau makan pop mie
sebagai makan siang atauu dengar musik sambil selonjoron di sofa ihh gak sopan
yah..hihihi.
Di perjalanan, sempat melihat lumba-lumba.Sayangnya, tidak
sempat terekam kamera saya.Perjalanan cukup menyenangkan dan mengenyangkan
dengan cemilan setumpuk,hehehe.Setelah hampir sampai, laju mesin
diperlambat.Beberapa pulau-pulau dengan pepohonan hijaunya tampak asri.Namun,
sayangnya ketika itu air surut jadi speed boat tidak dapat bersandar penuh di
pelabuhan Serui.
Lebih dari 10 meter jarak speedboat dengan tepian pelabuhan.Air sampai sebatas paha.Gak ada jalan lain selain nyebur dan berbasah-basah.Tapi gak mungkin dong, saya melipat celana jeans hingga sebatas paha.Untunglah,ada teman yang dengan sukarela 'ngangkut' saya.Barang-barang diangkut secara gotong-royong.Saya memang tak punya pilihan waktu itu.
Jarak pelabuhan dengan hotel sangat dekat.Tapi panitia di Serui tetap menyiapkan sebuah bus untuk kami.Di penginapan cukup nyaman, dengan hot shower, bersih-bersih setelah itu lanjut makan siang.Perjalanan yang sangat menantang.Meski sempat turun hujan dengan disertai kilat dan petir, awan hitam tebal bergayut di langit Papua, dan speedboat yang sempat kandas, alhamdulillah, kami tiba dengan selamat.
Welcome Serui.Masyarakat di Serui cukup ramah.Orang asli Serui, tidak seperti kebanyakan Papua asli.Ada istilah, "Prancis" alias Peranakan Cina Serui.Secara fisik, kulit kuning langsat dengan rambut agak keriting.Di Serui sejak dahulu memang didiami oleh pendatang dari beberapa suku.
Pulau di sekitar pulau Yapen |
Pelabuhan Serui dengan peti kemas yang berjejeran |
aih, harus nyebur nih! |
Sayangnya, saya tidak punya waktu menjelajah Serui.Waktu lowong yang ada saya manfaatkan dengan istirahat guna persiapan perjalanan Serui-Biak yang memakan waktu berjam-jam.Menikmati kota Serui hanya sepanjang perjalanan ke dan dari stadion.Ketika perjalanan itu, kami melewati pemakaman di kota tersebut.Pemakaman antara agama Islam dan Kristen berlokasi di tempat yang sama, hanya dipisahkan oleh jalan saja.Cukup mudah membedakan, tentunya dengan tanda salib di makam kristen dimana sebagian makam kristen cukup megah dan ketika malam menjelang, sebuah lilin atau pelita akan dinyalakan di makam tersebut.
Sore hari jelang magrib, seusai pertandingan, saya menyempatkan diri berjalan menuju ke Pelabuhan Serui.Tak ada sunset karena terhalang oleh gunung.Malamnya, saya ke toko depan hotel.Cari cemilan buat bekal perjalanan balik ke Biak.Di toko ini bukan hanya cemilan dan kebutuhan pokok yang dijual eceran maupun partai besar.Saya malah asyik memerhatikan jejeran botol-botol unik, yang ternyata adalah minuman beralkohol.Harganya pun gak tanggung-tanggung sampai jutaan rupiah dengan berbagai merk.Di Papua, minuman beralkohol memang dijual cukup bebas.bukan hanya di toko seperti yang saya temui di Serui tapi juga di toko sekelas swalayan yang saya temui di Biak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar