Rabu, 13 November 2013

Naik Becak, Kena Angin Sepoi-sepoi


Akhir-akhir ini, saya jadi langganan becak.Khususnya untuk aktivitas Sabtu-Minggu, atau ketika ke pasar.Memilih naik becak meski jarak dari rumah cukup dekat, daripada terpanggang panasnya matahari di Sinjai.

Awal 2010, naik Bentor, becak-motor di Gorontalo

Naik becak, seru juga! Kena angin sepoi-sepoi.Tinggal duduk manis.Balas sms atau angkat telfon ketika di jalan, tidak perlu khawatir.Ada daeng becak yang mengayuh becak.Beda ketika mengemudikan kendaraan.Naik becak juga jadi pilihan ketika membawa beberapa barang yang tidak dapat saya bawa dengan kendaraan bermotor roda dua.

Beberapa kali naik becak di luar Sinjai, saya jadi membandingkan becak Sinjai atau becak Makassar dengan becak lain yang ada di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Yogyakarta maupun Gorontalo, yang lebih terkenal dengan Bentor,becak bermotor, becak yang digabungkan dengan sepeda motor.

Di Sinjai, becak tidak sebanyak seperti beberapa tahun yang lalu.Mungkin karena sudah ada pilihan transportasi lain yang lebih cepat, ojek motor.Becak biasanya hanya mangkal di beberapa tempat yang rame saja, seperti di pasar dan di depan swalayan.Kadang-kadang, kalo lagi terburu-buru dan mesti nunggu becak, saya harus sabar, padahal jalan depan rumah saya tergolong cukup ramai dilalui kendaraan, tapi tetap harus setia menunggu becak yang mulai jarang lewat.

Kalau dibandingkan dengan becak di Yogyakarta atau bentor di Gorontalo, becak di Sinjai agak sempit untuk ukuran dua orang.Kurang lapang.Beda sekali dengan dengan becak di Yogyakarta yang lapang.Soal bentor yang merupakan modifikasi antara becak dengan sepeda motor lain lagi.Bentor punya tudung alias penutup di depan.Anginnya sih lebih kencang lagi.Saya sarankan, naik bentor tanpa penutup depan, siapkan sunglasses, biar mata tidak kelilipan karena debu dan cukup aman dari silaunya cahaya matahari.Siapkan juga telinga anda untuk mendengarkan musik yang cukup menghentak.Umumnya, bentor di Gorontalo full musik, house musik pula! Mantap deh!

Di Indonesia, hanya satu daerah yang melarang penggunaan becak, yaitu Jakarta.Sementara di daerah pariwisata, seperti Yogyakarta, becak digunakan untuk mengantar turis berkeliling, khususnya turis-turis asing.Pengayuh becak bahkan diuntungkan karena mereka mendapat fee dari toko-toko souvenir yang disinggahi.Jadi, bayaran lima ribu hingga 10 ribu untuk berkeliling selama tiga jam di Yogyakarta tidak masalah bagi pengayuh becak di kota tersebut.

Tapi, ada juga sih, yang agak kurang suka naik becak.Dibandingkan dengan alat transportasi lain, pastinya becak yang paling lamban sampai ke tempat tujuan.Saya sih lebih suka naik becak, bebas polusi, lebih santai, bisa liat pemandangan sekitar yang saya lalui, dan pastinya kena angin sepoi-sepoi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar